Cari di Sini

Selasa, 05 Februari 2013

Cara Budidaya Jambu Mete

Perbanyakan Jambu mete dapat dilakukan secara vegetatif (tanpa dengan biji) dan dapat pula dilakukan secara generatif (dengan biji);

1. Perbanyakan Generatif
Dalam hal perbanyakan secara generatif,perlu diperhatikan adalah berat biji calon bibit daripada ukuran besarnya biji.Hal ini dikarenakan sifat berat biji akan lebih baik dalam hal daya kecambah dan pertumbuhan selanjutnya.

Berat benih dapat ditentukan dengan cara merendam biji ke dalam larutan gula (-+ 20%), biji yang tenggelam dapat digunakan untuk bibit.


2. Perbanyakan Vegetatif
Perbanyakan jambu mete dapat juga dilakukan secara vegetatif, walaupun relatif lebih sulit. Perbanyakan secara vegetif dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
- mencangkok (air layering)
- merunduk (layering)
- menyambung (grafting)
- menempel (budding)
- stek (cutting)

Perbanyakan Secara Generatif

Persiapan
Benih atau biji yang akan disemaikan setidaknya telah mengalami penyimpanan paling sedikit 2-3 bulan dan paling lama 7-12 bulan, tergantung pada tempat penyimpanannya. Biji yang disimpan dalam karung daya kecambahnya masih cukup baik walaupun telah disimpan selama 6 bulan. Biji bakal benih hendaknya mempunyai berat jenis lebih besar dari 1, cara mengetahui adalah dengan merendam biji-biji tersebut dalam larutan gula 20%.Biji yang tenggelam adalah calon bakal benih yang baik.

Penyemaian
- isi polybag dengan media tanam berupa tanah yang cukup gembur. Masukan biji mete lalu siram secukupnya dengan air. Untuk mengindari serangan hama (terutama rayap), di lubang tanam ditaburi pestisida (ex.Furadan).
- Polybag persemaian diusahakan disimpan ditempat teduh dan dekat dengan sumber air

Penanaman bibit
- Saat penanaman bibit/benih yang ideal adalah pada saat awal musim hujan. Di Kabupaten Situbondo sekitar bulan Desember.
- bibit yang akan dipindahtanamkan dari persemaian berumur sekita 5-6 bulan dari saat biji ditabur. Pada waktu pindah tanam tersebut,diusakan perakarannya tidak mengalami kerusakan. Jarak tanam bisa 8 X 8m, 9 X 9 m, 10 X 10m atau 5 X 5m (bila tidak ada rencana penanaman dengan tanaman sela)
- Setelah dilakukan penanaman, tanah disekitar bibit dipadatkan dan tidak boleh kering, karenanya perlu ditutup dengan serasah daun atau mulsa organik dan kalau memungkinkan disiram setiap pagi dan sore hari. Untuk mengurangi penguapan sebaiknya jumlah daun pada bibit tersebut dikurangi.

Penanaman Langsung
Biji tanaman mete dapat langsung ditanam di areal kebun, dengan cara sebagai berikut;
- dibuat lubang tanam dengan ukuran 50 X 50 X 50cm, kemudian masukkan tanah yang sudah tercampur dengan pupuk kandang yang sudah matang. Lalu masukkan biji mete sebanyak 2-3 biji / lubang tanam dengan jarak sekitar 10cm.Sebelumnya lubang tanam tersebut bisa ditaburi Furadan untuk mencegah serangan hama dan penyakit.
- Jarak tanam antara lubang tanam bisa 8 X 8m, 9 X 9 m, 10 X 10m atau 5 X 5m (bila tidak ada rencana penanaman dengan tanaman sela)
- Setelah dilakukan penanaman, tanah disekitar bibit dipadatkan dan tidak boleh kering, karenanya perlu ditutup dengan serasah daun atau mulsa organik dan kalau memungkinkan disiram setiap pagi dan sore hari.

PEMELIHARAAN

Pemeliharaan merupakan suatu tindakan budidaya yang sangat penting.Pemeliharaan ini bukan saja ditujukan pada tanaman tetapi juga pada tanahnya. Menjaga kesuburan tanah dengan pemupukan, penyiangan, penyulaman, pengairan, pemangkasan serta pengendalian hama-penyakit juga merupakan aspek budidaya yang perlu diperhatikan.

Penyiangan
Pemeliharaan yang intensif dilakukan terutama pada tanamab berumur 2-3 tahun. Pada masa ini merupakan masa kritis pada tanaman, pertumbuhan yang baik pada fase ini setidaknya lebih menjamin pertumbuhan selanjutnya.
Penyiangan tanaman dapat dilakukan secara mekanis dengan membersihkan semua tumbuhan-tumbuhan pengganggu disertai atau bersamaan pengolahan tanaman secara ringan. Pengalaman kami dalam pengelolaan kebun mente di BPT Situbondo, penyiangan gulma di sekitar pohon mete dapat merangsang dan memperbanyak jumlah bunga dan buah.

Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila suatu (bibit) tanaman memang seharusnya diganti dengan (bibit) tanaman yang lebih sehat, sehingga populasinya per Ha tidak berkurang. Penyulaman masih bisa dilakukan pada tanaman berumur 2 – 3 tahun, pada tanaman yang lebih dari 3 tahun akan mengalami kemunduran pada pertumbuhannya

Pemupukan
Meskibupun jambu mete dapat tumbuh dan produktif pada tanah miskin dan tandus (marginal), namun lama kelamaan tanah tersebut akan mengalami kekurangan unsur hama. Apalagi jika pertanaman jambu mete ini dilakukan dalam pola kebun. Oleh karena itu pemupukan perlu dilakukan agar tanaman dapat memberikan hasil yang optimum.

Berdasarkan anjuran CPCAI (Central Plantation Crops Research Institute) di India, pemupukan per pohon per tahun adalah 250 g N (500 g urea), 125 g P2O5 (275 g TSP) dan 125 g K2O (250 g KCl) untuk tanaman yang sudah berproduksi. Untuk dosisnya adalah 60 kg urea,115 kg TSP dan 60 kg KCl dengan asumsi populasi tanaman mete sekitar 150 – 200 pohon per hektarnya.

Pengairan
Pengairan perlu dilakukan terutama pada tanaman yang masih muda di kebun maupun di persemaian. Pengairan dalam bentuk penyiraman dilakukan pada tanaman muda atau pada bibit yang baru dipindahtanamkan. Tanaman ini juga tidak tahan terhadap genangan air, oleh karena itu saluran drainase sebaiknya sudah ada.Terutama pada lahan yang sudah mendapatkan pengairan.

Pemangkasan
Supaya menghasilkan percabangan yang baik dan tajuk yang luas, pemangkasan sangat perlu dilakukan. Proses pemangkasan harus sudah dilaksanakan sejak tanaman masih berupa bibit, yaitu dengan menghilangkan/memangkas tunas-tunas samping. Pemangkasan tunas samping ini terus dilakukan sampai tanaman mencapai tinggi kira-kira 1,5 – 2 meter dari permukaan tanah. Setelah mencapai tinggi 1,5-2 m atau dirasakan telah mempunyai batang utama yang kuat, kemudian bisa dipilih 2-3 cabang samping yang sehat dan mempunyai kedudukan yang baik terhadap batang utama.Nantinya diharapkan akan menghasilkan tajuk yang bagus dengan intensitas cahaya dan sirkulasi udara yang baik.

Pemangkasan bentuk dilakukan sebelum tanaman tanaman memasuki fase bunga, atau masih dalam tahap pertumbuhan vegetatif. Pemangkasan selanjutnya dilakukan setelah tanaman selesai berbuah, pemangkasan ini bersifat pemeliharaan. Yaitu pemangkasan ringan dengan menghilangkan cabang/ranting yang pertumbuhannya kurang baik,tidak sehat atau kering.

Perbanyakan Secara Vegeratif

Cara pembiakkan/perbanyakan secara vegetatif yang mudah dan murah dan biasa dilakukan adalah dengan mencangkok. Cara pembiakkan/perbanyakan dengan mencangkok dilakukan pada awal musim penghujan, agar cangkokan tetap lembab dan perakarannya cepat tumbuh. Bahan tanaman yang akan dicangkok, pilihlah tanaman yang pertumbuhannya baik, sehat, berumur kurang lebih 10 tahun,subur dan produktif, mempunyai sistem percabangan yang rimbun dan bentuk percabangan yang baik. Pencangkokan dilakukan pada saat tanaman belum berbunga. Pilihlah cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Bila terlalu muda pertumbuhannya akan lemah dan bila terlalu tua akan sulit berakar.

Cara Mencangkok

1. Cabang yang telah dipilih untuk dicangkok, kulitnya disayat/ dikupas melingkar mengelilingi cabang, dengan lebar secukupnya. Lakukan dengan hati-hati jangan sampai melebihi bagian kayu (kambium)

2. Kulit sayatan dibuang dan pada bagian kayu lendirnya dibuang, biarkan selama 2-3 hari. Setelah lendirnya agak kering lalu ditutup dengan tanah (yang telah bercampur pupuk 1:1) atau media tanam lain. Kemudian bungkus dengan plastik atau sabut kelapa.

3. Setelah 40-50 hari, cangkokan akan menghasilkan akar. Setelah kurang lebih 60 hari kemudian cangkokan dapat dipotong. Simpan bibit hasil cangkokan tersebut di tempat teduh, lembab dan terlindungi panasnya sinar matahari. Bibit asal cangkokan dapat dipindahtanamkan ke lapangan, paling cepat sekitar 2-3 hari kemudian.

4. Waktu pindah tanam sebaiknya pada saat masih ada hujan, lakukan pada sore hari/menjelang malam, media tanam sudah tercampur pupuk kandang. Berikan ajir sebagai penahan bibit cangkokan supaya tidak mudah tergeser atau bergerak karena angin.



Perawatan harus intensif, karena bibit jambu mente hasil cangkokan peka akan stressing atau cekaman karena panas ekstrim atau angin kencang yang menyebabkan pergeseran akar. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, pagi dan sore hari.

Setelah pindah tanam bibit hasil cangkok biasanya daunnya akan rontok. Kemudian akan tumbuh tunas baru






PEMANENAN DAN PENGOLAHAN HASIL

Pemanenan
Pemanenan dilakukan apabila buah semu mente sudah masak di pohon, yang ditandai dengan warnanya yang cerah/mengkilat. Merah, kuning atau jingga tergantung varietasnya. Tanaman yang baik sejak umur 2 tahunan sudah mulai berbunga dan berbuah. Pembuahan pada umur tersebut biasanya tidak memuaskan, buahnya akan banyak yang rontok. Setelah mencapai umur 3-4 tahun, produksinya sudah bisa dirapkan lebih baik atau meningkat bersamaan dengan bertambahnya umur tanaman.

Cara pemetikan jambu mete yang umum dilakukan ada dua cara, yaitu ;

1. Cara kekesan, yaitu memungut buah yang telah jatuh ke tanah karena kelewat masak (atau karena gangguan fisik). Jika buah semu itu akan diolah lagi menjadi sari buah atau wine, cara panen ini kurang baik karena buah semu tersebut telah mengami perubahan fisik dan kimiawi.
2. Cara Selektif, yaitu pemetikan buah yang telah benar-benar masak di pohon. Sehingga terhindar dari kerusakan fisik karena terjatuh atau kerusakan kimia karena terlalu masak.
Pemanenan dilakukan 2-5 hari sekali selama 2-3 bulan tergantung banyaknya buah dan kemampuan tenaga kerja.



Pengolahan Hasil
Pengolahan Biji Mete
Masalah utama dalam pengolahan adalah bagaimana cara mengupas sehingga diperoleh biji mete yang utuh. Pada prinsipnya cara pengolahan yang biasa dilakukan petani meliputi pengeringan mete gelondong, pengupasan kulit mete gelondong, pengeringan biji mete, pengupasan kulit ari, sortasi biji mete, pengepakan dan penyimpanan, serta pemasaran.


1. Pengeringan
Setelah pemanenan buah mete, dan pemisahan dengan buah semunya. Selanjutnya dikeringkan dengan cara dijemur sampai diperoleh kadar air kurang lebih 5%. Mete gelondongan yang kurang kering apabila disimpan menyebabkan cairan CNSL akan berdifusi ke dalam biji mete sehingga kualitasnya menjadi sangat rendah. Selain itu akan mudah terserang hama pengganggu yang menyerang selama penyimpanan.

2. Pengupasan Mete Gelondongan
Pengupasan dilakukan dengan cara membelah buah mete gelondongan dengan suatu alat sederhana yang disebut ‘Kacip’.

3. Pengeringan Biji Mete
Setelah pengupasan mete gelondong dengan kacip sehingga diperoleh biji mete, selanjutnya dilakukan pengeringan. Pengeringan ini bertujuan untuk mempermudah pengupasan kurit ari. pengeringan ini biasanya dengan cara penjemuran.

4. Pengupasan kurit ari
Setelah pengeringan, biji mete akan mengkerut dan kulit ari akan lebih mudah untuk dikelupas. Pengupasan kulit ari ini umumnya dengan cara manual (menggunakan tangan atau pisau kecil). Setelah kulit ari dikupas, kemudian biji mete dijemur kembali sekaligus untuk membersihkan dari sisa-sisa bekas kulit ari biji mete.

5. Sortasi dan Grading
Kualitas biji mete sangat menentukan harga jualnya. Tentunya biji mete dengan kualitas terbaik seperti biji utuh, bebas dari kerusakan mekanis,bersih,bebas dari bercak-bercak berwarna akan memiliki nilai jual yang paling tinggi. Pengertian biji utuh adalah jaminanan adanya paling sedikit 90% biji utuh/unit packing, kadar air 5-10%, bebas dari ketidakmurnian dan bau yang asing. Sortasi yang dilakukan petani kebanyakan biasanya secara manual, yaitu menggunakan tangan

6. Pengepakan dan Penyimpanan Biji Mete
Biji mete sebagian besar terdiri dari lemak, protein dan karbohidrat, fisik biji juga lunak dan agak rapuh. Cepat menyerap uap air dan bau. Oleh karena itu, biji mete setelah diproses segera harus disimpan. Ruang atau tempat penyimpanan biji mete harus dijaga dalam keadaan kering, tidak lembab dan selalu bersih dari kotoran atau benda/zat yang berbabau menyengat.



HAMA DAN PENYAKIT

Menurut beberapa panduan dan literatur, hama-hama dan penyakit penting yang sering menyerang tanaman jambu mente antara lain ;
1. Trylooptila panrosema
Hama ini menyerang buah mentor jambu mete, yaitu dengan menggerek masuk ke dalam buah atau mentor. Mengakibatkan mutu mentor menjadi rendah, serangan berat mengakibatkan buah gugur sebelum waktunya. Warna ulat gelap kemerah-merahan.
2. Hephotettyx spp
Hama ini juga merupakan hama penggerek buah dan dapat mengeluarkan sisa-sisa kotoran dari dalam buah. Kerugian yang ditimbulkan antara 20 – 60 %. Hama ini menyerang mentor pada semua tingkatan umur, sehingga menyebabkan buah gugur sebelum waktunya.
3. Paradasynus rostratus
Hama ini mengisap cairan biji mente yang masih muda/lunak dan dapat menyebabkan biji mengkerut sampai akhirnya mengering. Serangan berat dapat menyebabkan mutu biji mete menjadi sangat rendah. Hama ini meletakkan telurnya di sekitar permukaan bagian bawah daun.
4. Helopelthis antonii
Hama ini bentuknya hampir menyerupai nyamuk biasa, tetapi ukurannya lebih besar dan gemuk. Imago berwarna hitam dengan garis-garis putih di bagian perut. Hama ini menyebabkan kerugian ekonomi paling tinggi dibandingkan hama-hama lain. Menyerang tunas muda, daun, cabang-cabang, mentor dan buah yang sedang berkembang dengan cara menghisap cairan dari dalamnya.Hama ini juga mengeluarkan sekresi berupa gums atau lendir yang dapat menjadi media tumbuh cendawan, sehingga daun atau mentor bekas serangan menjadi kotor. Rata-rata kerugian yang ditimbulkan bisa mencapai 25%, terutama bila sampai menyerang tunas muda.
5. Hypatina halygramma
berwarna coklat kehijauan dan ada yang berwarna coklat kekuningan. Menyerang ujung tunas muda dengan cara menggerek masuk sampai kira-kira 20-25 mm. Menyebabkan tunas menjadi kerdil sampai akhirnya mati. Kerugian yang ditimbulkan bisa mencapai 25%

PENYAKIT JAMBU METE
1. Gloesporium spp
Bagian tanaman yang diserang adalah akar, cabang dan daun. Dapat menyebabkan mati pucuk (die back). Penyebaran melalui bekas luka pada tanaman, kurang pemeliharaan/perawatan dan kelembaban yang tinggi.
2. Botrydiplodia spp
Gejala serangan terjadi pada akar dan batang. Serangan sering terjadi di daerah panas dan kering. Pada jaringan tanaman yang diserang dapat timbul semacam bunga karang (spongy rot) kemudian ditumbuhi mycelia.
3. Phytophtora palmivora
Penyakit ini dapat menyerang tanaman pada pembibitan, termasuk tanaman yang paling berbahaya karena dapat menyerang akar, pangkal akar dan daun sehingga menyebabkan kematian tanaman. Cara penularannya melalui tanah.

HAMA DAN PENYAKIT DI KEBUN METE BPT SITUBONDO

Selama ini hama penyakit yang sering ditemui di kebun mete BPT Situbondo atau di pembibitannya adalah sebagai berikut ;
1. Kupu – kupu putih.
Merupakan hama dominan di kebun mete BPT Situbondo. Menyerang bagian daun, tunas daun, bunga dan buah. Mengakibatkan gagalnya penyerbukan bunga.
2. Kumbang Penggerek pucuk buah
3. Kepik penghisap mentor.
Mengakibatkan biji mete menjadi mengerut dengan tanda hitam akibat bekas tusukan styletnya.
4. Lalat dan thrips
Menyerang tanaman pada saat pembibitan. Menyebabkan daun seperti keriting
5, Rayap
Menyerang pada saat pembibitan. Menyebabkan biji tidak bertunas atau tumbuh
6. Gloesporium spp


Menyerang pada saat pembibitan dan setelah pindah tanam di kebun. Serangan terjadi pada saat curah hujan tinggi. Perawatan dan pemupukan yang baik bisa mempercepat tumbuhnya tunas baru.

Intensitas serangan Hama dan Penyakit diatas terhitung rendah, kurang dari 10%. Selain karena letak kebun yang terisolasi, tajuk tanaman juga dijaga supaya kelembaban dan intensitas cahaya cukup dan tidak menyebabkan eksplosif hama/penyakit. Selain itu diantara tanaman mete juga ditanami kacang binong sebagai tanaman sela dan tambahan unsur nitrogen untuk pertanaman. Tidak ada perlakuan pestisida di kebun mete ini.

Selain hama/penyakit tersebut, faktor yang menyebabkan gangguan pada produktivitas kebun mete di BPT Situbondo adalah burung, kelelawar, curah hujan yang tidak teratur dan kecepatan angin. Pada saat pasca panen juga ditemui kumbang bubuk (Tribolium spp) dan semut. Di tempat kami, kumbang bubuk tidak sampai menyerang ke dalam biji mete tetapi hanya memakan sisa-sisa buah semu yang menempel pada kulit biji mete. Sedangkan semut terkadang ditemui sudah menggerek biji mete dalam gelondongan, cara masuknya dengan cara melalui kulit biji yang terbuka kerena kerusakan fisik. Intensitas serangan kedua OPT pasca panen tersebut sangat rendah, dibawah 5%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar